Pemulihan Total bagi Perempuan
Injil Markus 5:22-43
Latar Belakang
Pada umumnya dalam pembahasan Kristologi, cerita-cerita mujizat Yesus dipakai untuk menunjukkan kehebatan kuasa Yesus yang dapat mengalahkan kuasa-kuasa yang lain di dunia ini dan sebagai bukti ke-IlahianNya saja. Sedangkan sisi kemanusiaan yang terkandung didalam cerita mujizat tersebut sangat jarang diperhatikan. Diakui bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini adalah untuk memberikan keselamatan dan menciptakan Kerajaan (Basillea) Allah bagi umat manusia yang berdosa, bagi orang miskin, bagi orang sakit, bagi orang yang tertindas dan tersisihkan. Namun, dengan semua itu bukanlah semata-mata terbatas pada keinginan Allah untuk menunjukkan kuasaNya yang diwujudkan dalam diri Yesus (inkarnasi Allah) yang melakukan mujizat (penyembuhan dan pembangkitan. Penulis tidak mempersoalkan tentang Yesus yang adalah Penguasa alam semesta. Tetapi perlua diingat bahwa, jika ditinjau dari segi dogmatis, Yesus adalah anak Allah secara manusia dengan segala keterbatasannya. Ditinjau secara historis, Yesus tidak pernah mau memperlihatkan diri sebagai Allah. Dan ditinjau secara eksegetis, semua mujizat itu jelas mempunyai ciri antropologis. Yesus dalam cerita itu selalu bertindak demi kepentingan manusia, untuk menolong dan menguatkan kepercayaan mereka. Dalam Injil mujizat tidak pernah dikerjakan sebagai “demonstrasi” kekuasaan Yesus (Markus 4: 41) .
Dalam rangka Kristologi, penulis melihat bahwa kedatangan Yesus adalah membawa keselamatan dan Kerajaan Allah bagi manusia. Keselamatan dan Kerajaan tersebut lebih kepada mambuat manusia pulih, sehat, tahir dankuat. Memulihkan kemanusiaan dan kehidupan orang banyak. Pemulihan tersebut tidak hanya terbatas pada jiwa saja tetapi menghasilkan keutuhan bagi manusia dalam hubungan-hubungan sosialnya. Pemulihan yang bagaimana yang dimaksudkan Yesus? Akan kita lihat berdasarkan cerita mujizat dalam Markus 5:22-43.
Yesus Menyembuhkan dan Membangkitkan Perempuan Pendarahan
Perlu diingat bahwa Markus ditulis terutama bukan bersifat historis tetapi kristologis. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan tidak disusun menurut urutan tempat dan waktu sebagaimana dulu terjadi. Yang mau ditekankan adalah peristiwa-peristiwa dalam hidup Yesus sebagimana dilihat jemaat yang beriman (perempuan dan laki-laki). Secara garis besar, Markus 5:22-43 dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:
1. Permohonan Yairus (Ayat 21-24)
Cerita mujizat dalam Injil Markus 5:21-43 merupakan salah satu karya Yesus yang berlangsung di Galilea. Ada pertentangan yang tampak jelas dalam bagian yang berlangsung di Galilea tersebut yaitu pertentangan antara negeri yang didiami orang Yahudi dan negeri yang didiami oleh orang kafir (Dekapolis). Kedua wilayah ini dipisahkan oleh danau Tiberias . Ketika Yesus diusir oleh orag kafir dari Dekapolis, maka Yesus menyeberang dengan perahu ke wilayah Yahudi. Di sana Yesus dikerumuni oleh orang banyak. Pada saat itulah Yairus (seorang kepala rumah ibadat) mendatangi Yesus dan tersungkur memohon kepada Yesus akan keselamatan anak perempuannya . Akhirnya Yesus pergi bersama Yairus dan diikuti pula oleh orang banyak itu.
2. Perempuan Pendarahan yang disembuhkan (Ayat 25-34)
Ada penafsir yang mengatakan bahwa ayat ini merupakan sisipan. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa ayat tersebut diselingi oleh cerita anak perempuan Yairus. Terlepas dari kedua pandangan tersebut, penulis melihat bahwa ada keterikatan, kesamaan dan kesejajaran antara keduanya. Penulis menduga bahwa ada tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang Markus tentang karya Yesus atas kedua perempuan tersebut.
Beberapa kesamaan dan kesejajaran tersebut adalah:
# Penyebutan “perempuan”
Thugatran (Yunani) artinya anak perempuan kecil (ay.23) dan Gune (Yunani) artinya seorang perempuan (ay. 25). Perempuan dipercayakan untuk mengalami Kuasa Allah melalui Yesus.
# Kontak fisik antara Yesus dengan kedua perempuan itu. Kedua perempuan itu mengalami krisis yang diasosiasikan dengan status perempuan dalam masyarakat Yahudi . Perempuan pertama menderita sakit pendarahan yang sudah 12 tahun lamanya. Pendarahan merupakan cirri kenajisan bagi perempuan dalam masyarakat Yahudi. Perempuan yang mengalami pendarahan dianggap kotor dan mereka tidak boleh disentuh karena pendarahannya tersebut menjadikan dirinya najis dan akan mencemari setiap orang atau benda yang bersentuhan dengannya (Bdk. Imamat 13, 15:19, 25-27). Mereka juga tidak diijinkan memasuki tempat kudus dan dikucilkan dari jemaat yang kudus. Hukum Yahudi tentang kenajisan ini mengakibatkan perempuan itu menanggung penderitaannya sendiri bahkan tabib-tabib pun tidak mampu menyembuhkannya (ay.26). Yesus yang adalah seorang Yahudi juga pastinya dihambat oleh hukum dan struktur sosial yang berlaku. Perempuan itu lenyap ditengah kerumunan orang banyak sehingga untuk melihatnya saja pun Yesus tidak bisa.
Hal yang sering terlupakan adalah perjuangan perempuan itu untuk megalami kesembuhan, pemilihan dan kekuatan untuk melanjutkan hidupnya. Dalam ayat 27-29, tercermin bagaimana keberanian dan perjuangan perempuan itu untuk mendobrak tabu sosial dan merobohkan dinding Patriarkhal. Kenajisan yang ditempelkan pada dirinya tidak mengurungkan niatnya untuk suatu pemulihan dan kesembuhan. Di depan orang banyak dia dengan berani menjamah jubah Yesus dari belakang dan kesembuhanpun terjadi. Walaupun Yesus tidak melihat perempuan itu tetapi Dia mengetahui bahwa ada tenaga (kuasa) yang keluar dari diriNya. Yesus yang merupakan inkarnasi Allah otomatis memiliki kuasa Allah (kontrol ada ditangan Allah) yang disalurkan melalui Yesus. Artinya bahwa kuasa itu dengan sadar dan bebas datang dari Allah yang berinkarnasi menjadi Yesus yang menunjukkan bahwa adanya penghargaan Yesus terhadap keyakinan perempuan. Keyakinan dan keberanian perempuan itu telah menghancurkan hukum dan struktur patriarkhal yang selama ini memisahkan, menyingkirkan dan mengasingkan mereka. Perempuan itu akhirnya bisa bertemu langsung dengan Yesus karena mereka memiliki keberanian dan iman.
3. Pembangkitan putri Yairus (Ayat 35-43 )
Putrid Yairus (perempuan remaja yang berumu 12 tahun) juga sepertinya berada di ambang pengucilan dan penajisan dalam masyarakat Yahudi, yaitu masa pubertas yang salah satu tandanya adalah haid (Bdk. pendarahan). Namun, keberanian perempuan pertama sedah membuka jalan bagi peremapuan kedua sehingga statusnya dalam masyarakat sebagai perempuan dewasa akan diteguhkan sebagai keadaan positif dan aktif. Yesus sendiri meneguhkannya dengan menyatakan bahwa anak perempuan itu hanya tertidur dan Ia membangkitkannya. Yesus memegang tangan anak itu dan mengatakan “Talita Kum ” yang artinya Hai anak perempuan, bangunlah. Tidak hanya kontak fisik tetapi kuasa Tuhan turun atas perempuan itu dalam penyembuhan.
Kedua cerita tentang perempuan tersebut bukanlah semata-mata ingin mnenunjukkan kekuasaan dan ke-Ilahian Yesus (Bdk. Ay.43). Melalui cerita mujizat tersebut untuk mewujudkan visi Kerajaan allah bagi semua orang sehingga bisa menjadi manusia yang seutuhnya sembuh, tahir, sehat dan kuat.
Refleksi Teologis
Cerita tersebut dikaitkan dengan tubuh dan darah perempuan yang dalam masyarakat Yahudi merupakan sesuatu yang kotor, najis dan harus diasingkan. Oleh karena itu, perempuan yang mengalami pendarahan benar-benar dikucilkan bahkan untuk bersentuhan saja dengannya dianggap najis. Penyakit (pendaraahn) yang dialami perempuan berdampak pula dalam kehidupan sosialnya. Dalam masyarakat mereka diasingkan dan dikucilkan. Penghargaan terhadap perempuan sungguh ditiadakan.
Tradisi Yahudi yang meng-klaim bahwa tubuh perempuan adalah najis masih kita temukan pada jaman kita sekarang ini. Ajaran dan tradisi ini bisa kita temui dalam ajaran Yudaisme, Islam bakan Kekristenan sendiri. Perempuan yang sedang menstruasi tidak layak untuk berdoa atau masuk ke tempat ibadah . Pendeta perempuan di beberapa gereja dianggap merepotkan karena akan meminta cuti hamil dan melahirkan sehigga akan menghambat pelayananya kepada jemaat.
Namun, sikap yang sangat berbeda ditunjukkan oleh Yesus. Dia yang adalah orang Yahudi sangat menentang penajisan terhadap darah perempuan. Oleh Yesus semua hukum atau tradisis (tabu) yang berkaitan dengan pendarahan perempuan dipatahkan. Yesus datang seperti seorang Tabib yang bersentuhan langsung dengan perempuan yang dianggap najis tersebut. Dengan kontak fisik antara Yesus dengan perempuan itu terjadi penyembuhan secara total. Tidak hanya tubuhnya yang disembuhkan tetapi juga kehidupan sosialnya juga dipulihkan. Perempuan dianggap tidak layak dalam masyarakat Patriarkhal dipatahkan oleh pemulihan seorang Tabib Yesus.
Bagi Yesus, tubuh perempuan adalah kudus. Tidak dapat dipungkiri bahwa melalui pendarahan (menstruasi) pada perempuanlah merupakan pertanda akan adanya kehidupan yang baru . Yesus sendiri memilih hadir ke dunia ini melalui proses kelahiran oleh seorang perempuan yang secara otomatis mengalami pendarahan. Bahkan menjelang akhir pelayananNya di dunia pun simbol darah dipakai Yesus sebagai sesuatu yang suci (kisah Perjamuan terakhir, Markus 14:22-25) yang ditumpahkan bagi semua orang. Dengan penumpahan darahnya maka semua umat punya kesempatan untuk menerima kehidupan yang baru. Ini artinya Yesus sangat menghargai darah perempuan bahkan dapat dikatakan kudus. Darah perempuan bisa disamakan dengan darah Yesus yang kudus karena sama-sama melahirkan kehidupan yang baru. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa pendarahan perempuan adalah buruk atau najis, tetapi melalui Yesus perempuan ikut dalam Kerajaan Allah.
Melalui cerita mujizat tersebut, kita melihat bagaimana perempuan dituntut keberaniannya dan keteguhan imannya untuk dapat menghargai dirinya sendiri sebagai manusia yang utuh. Yesus telah mendobrak budaya, tradisi dan tabu dalam masyarakat Patriarkhal yang selalu mengasingkan, mengucilkan dan menganggap perempuan sebagai manusia kelas dua. Yesus datang sebagai Tabib yang menyembuhkan perempuan secara total. Tidak hanya terbatas pada tubuh, tetapi juga kehidupan manusia secara utuh dalam relasi sosialnya. Apa yang dilakukan Yesus terhadap kedua perempuan Yesus menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama akan keselamatan dan Kerajaan Allah. Yesus melakukan pemulihan total dalam kehidupan perempuan.
Daftar Pustaka
• Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta:Yayasan komunikasi Bina Kasih/AMF,2004
• Delorme, J,” Injil Markus”, Yogyakarta: Kanisius, 1978
• Groenen, C. OFM, “Peristiwa Yesus”, Yogyakarta: Kanisius, 1979
• Johnson, Elizabeth A. “Kristologi di Mata Kaum Feminis”, Yogyakarta: Kanisius, 2003
• Suharyo, I, “Membaca Kitab Suci- Mengenal Tulisan Perjanjian Baru”, Yogyakarta: Kanisius, 1991
• Sutanto, Hasan, “Perjanjian Baru Interlinear Yunani- Indonesia Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK)”, LAI, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar